Hukum Seputar Memelihara Anjing
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ اقْتَنَى كَلْبًا إِلَّا كَلْبًا ضَارِيًا لِصَيْدٍ أَوْ كَلْبَ
مَاشِيَةٍ فَإِنَّهُ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطَانِ
“Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk berburu atau anjing
untuk menjaga binatang ternak, maka pahalanya akan berkurang dua qirath
setiap harinya.” (HR. Al-Bukhari no. 5059 dan Muslim no. 2940)
Satu qirath banyaknya sebesar gunung uhud.
Juga dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ
الْكِلَابِ إِلَّا كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ غَنَمٍ أَوْ مَاشِيَةٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan supaya membunuh
anjing kecuali anjing untuk berburu atau anjing untuk menjaga kambing
atau menjaga hewan ternak.” (HR. Muslim no. 1571)
Dari Abdullah bin Mughaffal radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَوْلَا أَنَّ الْكِلَابَ أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ لَأَمَرْتُ بِقَتْلِهَا
فَاقْتُلُوا مِنْهَا الْأَسْوَدَ الْبَهِيمَ وَمَا مِنْ قَوْمٍ اتَّخَذُوا
كَلْبًا إِلَّا كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ كَلْبَ صَيْدٍ أَوْ كَلْبَ حَرْثٍ
إِلَّا نَقَصَ مِنْ أُجُورِهِمْ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطَانِ
“Sekiranya
anjing itu tidak termasuk dari sekelompok ummat dari ummat-ummat,
niscaya aku akan perintahkan untuk membunuhnya. Oleh karena itu bunuhlah
jenis anjing yang berwarna hitam pekat. Dan tidaklah suatu kaum
memelihara anjing selain anjing penjaga ternak, atau anjing untuk
berburu, atau anjing penjaga kebun, melainkan pahalanya akan berkurang
dua qirath setiap harinya.” (HR. At-Tirmizi no. 1486, An-Nasai no. 4280,
Ibnu Majah no. 3196, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih
Al-Jami’ no. 5321)
Juga dari Ibnu Mughaffal radhiallahu anhu dia berkata:
أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِ
الْكِلَابِ ثُمَّ قَالَ مَا بَالُهُمْ وَبَالُ الْكِلَابِ ثُمَّ رَخَّصَ
فِي كَلْبِ الصَّيْدِ وَكَلْبِ الْغَنَمِ وَقَالَ إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ
فِي الْإِنَاءِ فَاغْسِلُوهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ وَعَفِّرُوهُ الثَّامِنَةَ
فِي التُّرَابِ
“Rasulullah memerintahkan membunuh anjing, kemudian
beliau bersabda: “Ada (hubungan) apa antara mereka dengan anjing?”
Kemudian beliau memberikan keringanan pada anjing pemburu dan anjing
(penjaga) kambing (untuk tidak dibunuh) seraya bersabda: “Apabila seekor
anjing menjilat pada suatu wadah, maka kalian cucilah dia tujuh kali,
dan campurkan dengan tanah pada pencucian yang kedelapan.” (HR. Muslim
no. 280)
Dari Abu Thalhah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ
“Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing dan
tidak juga yang ada gambar”. (HR. Al-Bukhari no. 3075 dan Muslim no.
2106)
Penjelasan ringkas:
Dari dalil-dalil di atas ada
beberapa hukum yang wajib diperhatikan oleh setiap orang yang memelihara
anjing atau yang di sekitarnya terdapat anjing:
1. Haramnya
memelihara anjing kecuali 3 jenis anjing yang dikecualikan yaitu: Anjing
berburu, anjing penjaga ternak, dan anjing penjaga kebun.
2.
Sisi keharamannya karena orang yang memelihara anjing -selain dari
yang dikecualikan- akan berkurang pahalanya sebanyak 2 qirath setiap
harinya, sementara tidaklah seseorang itu hilang pahalanya kecuali yang
dia lakukan adalah hal yang haram.
Asy-Syaikh Muhammad Al-Utsaimin
dalam Syarh Riyadh Ash-Shalihin menjelaskan hadits di atas, “Adapun
memelihara anjing dihukumi haram bahkan perbuatan semacam ini termasuk
dosa besar -wal ‘iyadzu billah-, karena seseorang yang memelihara anjing
selain anjing yang dikecualikan maka akan berkurang pahalanya dalam
setiap harinya sebanyak 2 qiroth.”
3. Amalan yang bisa
menghapuskan amalan bukan hanya kekafiran dan kesyirikan akan tetapi ada
beberapa dosa besar yang bisa menghapuskan amalan baik, di antaranya
adalah dengan memelihara anjing.
4. Asalnya tidak boleh
membunuh anjing, akan tetapi Nabi shallallahu alaihi wasallam
membolehkan untuk membunuh anjing yang berwarna hitam. Hal itu karena
disebutkan dalam sebuah hadits yang shahih bahwa anjing hitam itu adalah
setan.
5. Anjing berwarna hitam bukanlah termasuk harta
secara syar’i, karena seandainya dia adalah harta maka perintah untuk
membunuhnya berarti perintah untuk membuang harta, sementara membuang
harta adalah hal yang dilarang dalam syariat Islam.
Karena dia
bukanlah harta, maka tidak boleh memperjual belikan atau menyewakannya
dan juga bagi siapa yang membunuhnya maka dia tidak dimintai biaya ganti
rugi menurut syariat.
6. Dalam memilih anjing berburu atau penjaga ternak atau penjaga kebun, sebaiknya mencari selain yang berwarna hitam.
7. Diwajibkan untuk mencuci semua benda yang terkena liur anjing,
dengan cara dicuci dengan air sebanyak 8 kali dan pada cucian yang
kedelapan dicampur dengan tanah.
Ini hanya berlaku pada benda yang
terkena liur anjing. Adapun yang tersentuh oleh tubuh anjing maka tidak
disyariatkan untuk dicuci sebanyak 8 kali kecuali jika liur mengenainya.
8. Tidak boleh membawa masuk anjing ke dalam rumah, baik anjing yang
diizinkan untuk dipelihara seperti ketiga jenis anjing di atas apalagi
anjing yang asalnya dilarang untuk dipelihara. Karenanya anjing berburu
atau penjaga ternak atau penjaga kebun, dia boleh dipelihara akan tetapi
tidak diperbolehkan membawanya masuk ke dalam rumah, karena para
malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat
anjing.
Demikian beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari dalil-dalil di atas, wallahu a’lam bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar